Berikut ada beberapa kiat yang mudah-mudahan dapat menjadi bahan renungan bagi kita, terutama umat Islam, dalam rangka mempersatukan umat dan bangsa :
1.Membiasakan berbeda pendapat.Kita pasti paham bahwa perbedaan itu hakikatnya adalah
rahmat.Kita bisa kuat karena kita terdiri dari manusia yang berbeda-beda. Nabi Muhammad
mengibaratkan umat Islam sebagai sebuah bangunan. Ia bisa kokoh kalau satu dengan yang lain
saling mendunkung dan memperkuat. Bahan-bahannya pasti berbeda-beda. Ada semen, batu,
koral,pasir, air, besi, dan beton ; semuanya dicampur dan jadilah bangunan kokoh. Sayangnya
umat Islam belum terbiasa dengan perbedaan. Siapa berbeda pendapat segera ia dianggap musuh.
Kalau dipikir-pikir secara sehat , buat apa kita bertengkar dengan saudara sendiri ?. Disini tahap
awal yang harus kita lakukan adalah belajar menghargai perbedaan pendapat. Percayalah, kita
butuh pendapat yang berbeda supaya wawasan kita bertambah dan supaya kita bisa mengukur
pendapat kita benar dan atau sebaliknya. Kita butuh pendapat yang berbeda supaya kita makin
kokoh dan makin kuat.
2. Jangan suka menonjolkan diri sendiri. Untuk diakui jasa kita, tidak perlu menonol-nonjolkan diri
kita. Apalagi kalau terus ingin dianggap paling menonjol, paling hebat, paling berjasa : semua itu
penyakit. Jika kita saling menonjolkan diri maka kita tidak akan bersatu. Kalau umat Islam selalu
menonjolkan kelompoknya saja, ingin merasa paling hebat, merasa jadi pemborong surga, pasti itu
gejala susah bersatu. Untuk itu belajarlah, untuk tidak menonjolkan diri. Kalau mau berjuang
jadilah seperti beton, ia tidak kelihatan, tapi ia bisa menguatkan, dan hasilnya semua orang pun
mengakui.
3. Mulai menuntut diri sendiri. Maksudnya, dalam konteks menjaga persatuan umat, kita tidak boleh
menuntut orang lain terlebih dahulu melakukannya. Kalau kita bisa, mengapa tidak kita yang
terlebih dahulu melakukannya ?. Ingat, persatuan itu syaratnya menuntut diri kita sendiri yang
melakukannya. Ingatlah bahwa sesuatu itu dimulai dari diri sendiri. Kalau kita hanya sibuk
menuntut, kita takkan bisa berbuat banyak. Seseorang yang terlalu sibuk menuntut orang lain
berbuat sesuatu, dia akan binasa dengan tuntutannya sendiri.